Profile Anak BMI : Mengejar Cita-Cita ditengah Keterbatasan


Bekerja diluar negeri sebagai buruh migran ternyata banyak yang harus dikorbankan. Selain harus beradaptasi dengan budaya dan iklim tempat negara dimana bekerja, di Indonesia juga harus meninggalkan keluarga bahkan anak yang masih kecil. Akibanya banyak anak buruh migran yang terlantar karena tidak diurus dengan baik oleh keluarga yang dititipi baik oleh kakek dan nenek bahkan oleh ayah kandungnya sendiri. Akibatnya banyak anak buruh migran yang terlantar hidup dan pendidikannya. Tetapi itu tidak berlaku bagi Deddy Wahyudi atau yang biasa dipanggil Deddy. Ditinggal ibundanya sejak usia 3 bulan karena bekerja menjadi BMI di Hongkong, Arab saudi dan terakhir di Malaysia malah membuat pemacu semangatnya untuk bisa sukses menjadi pengajar di salah satu pesantren terkenal di Madura Ad Dasuqi yang terletak di kabupaten Bangkalan Madura.

            Untuk bertahan hidup dan mencapai cita-citanya sebagai guru, banyak sekali hambatan yang harus dilaluinya. Sejak 3 bulan ketika sang ibunda memutuskan pergi mengadu nasib menjadi Buruh Migrain, Deddy dititipkan kepada neneknya. Pernah suatu saat kondisi Deddy kecil menurun pada dini hari. Saat itu juga sang nenek menggendong Dedy kecil ke rumah dokter terdekat yang jaraknya 2 km dari rumah. Namun sesampai dirumah dokter itu tidak mau membukakan pintunya dan terpaksa nenek membawa pulang kembali ke rumah. Di rumah sang nenek Deddy kecil dirawat dengan obat-obatan herbal dan akhirnya bisa sembuh. Selain itu pada saat usia 6 tahun, Deddy kecil terserang penyakit paru-paru, sang nenek membawa Deddy kecil pindah ke Malang untuk berobat. Deddy harus periksa ke dokter spesialis paru seminggu sekali dan mengkonsumsi obat-obatan yang sangat banyak. Selain masa kecil yang sakit-sakitan, hambatan juga dialami pada saat kuliah. karena ketiadaan biaya terpaksa dia menghentikan cita2nya untuk menjadi dokter. Panggilan di Universitas Negeri Jemberpun terpaksa dia indahkan.
Deddypun memilih melanjutkan perkuliahan di STKIP PGRI Bangkalan dengan mengambil jurusan Pendidikan Kewarganageraan atau yang disingkat dengan PKn. hal ini dilakukan semata-mata untuk memenuhi persyaratan sebagai seorang guru dan dapat  terselesaikan pada tahun 2008 untuk menjadi guru. Sambil kuliah, dia dipercaya membantu mengajar di pesantren dimana Deddy sekarang bekerja. Pada bulan Maret 2009 terdapat penerimaan beasiswa S2 untuk guru dibawah naungan Kementrian Agama, setela itu, Deddy mendapatkan beasiswa untuk belajar di Program Studi IPS Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia di Bandung. Beasiswa itu memberikan kesempatan untuk menimba ilmu tanpa mengeluarkan biaya sama sekali, bahkan kita diberikan subsidi untuk biaya hidup sebesar 1,5 juta per bulan. Pendidikan itu diselesasikannya dalam kurun waktu 2 tahun dengan hasil yang memuaskan yaitu lulus dengan predikat Cumlaude
Deddy kini telah menuai hasil kerja kerasnya selama ini. Di tempat kerjanya, dia kini dilantik menjadi wakil kepala sekolah dan dipercaya menjadi tutor Universitas terbuka. 

Comments

Popular posts from this blog

alamat penting dan kata-kata mandarin penting

Usaha Kerang dan analisis usahanya

Asuransi di Taiwan