Kompleksnya pengurusan pemulangan jenasah
Kisah derita Buruh Migrain Indonesia atau yang lebih dikenal dengan BMI di tanah rantau seakan tidak pernah berakhir .Kisah nestapa ini terjadi sekitar hampir tiga bulan belakangan ini dimana beberapa BMI mengalami kecelakaan kerja, mulai dari mengalami kecelakaan fisik hingga harus merelakan kehilangan nyawanya.
Hal
yang sama juga terjadi pada Akhir Abdikusumo.BMI asal Indramayu yang bekerja
sebagai Anak Buah Kapal (ABK) ini harus kehilangan nyawanya akibat sakit di
rumah temannya sehabis pengobatan di Rumah sakit di Tainan. Selain itu terjadi
pada Hidayat. Pria asal Jakarta ini harus kehilangan nyawa karena sakit yang
telah lama dideritanya.
Selain nyawa yang
harus dikorbankan ternyata masih meninggalkan derita berupa biaya perawatan dan
pengiriman jenazah ke Indonesia. Maklum untuk pengurusan itu membutuhkan dana
yang tidak sedikit, lebih dari 200ribu NT. Selain itu rumitnya pengurusan
administrasi di Indonesia berupa surat kuasa yang ditandatangani oleh keluarga
korban dan dilegalisir oleh Taipei Economic
and Trade Office (TETO) yang ada di Jakarta dan Kementerian Hukum dan Hak
Asasi Manusia serta Kementerian Luar Negeri Repeblik Indonesia. Rumitnya
pengurusan surat kuasa ini disebabkan terlalu lamanya dalam mendapatkan
tandatangan keluarga korban Almarhum yang biasanya jauh dipelosok desa. Seperti yang diutarakan oleh salah satu
staf Kementerian Luar negeri pada saat kunjungan ke Taiwan 3 minggu yang lalu.Pria
yang sehari-hari bekerja di Departemen luar negeri Jakarta Pusat ini tidak
jarang lebih dari seminggu untuk
mendapatkan tandatangan keluarga korban ini dikarenakan lokasi tinggal
yang terpelosok dan tidak jelasnya alamat yang ada di PJTKI ini. Hal ini yang
mengakibatkan terlalu lamanya pengiriman jenazah ke Indonesia. Selain itu karena Taiwan tidak ada hubungan diplomatik sehingga dana pemulangan jenasah yang biasa terdapat di anggaran Kemlu ini harus lewat Hongkong terlebih dahulu, Seperti yang
terjadi pada Almarhum Akhir Abdikusumo. Jenasah ABK yang pernah bekerja di
pelabuhan NAN FANG'AO Yilan ini
sudah hampir dua bulan terlantar di rumah duka Kaohsiong.
Penyederhanaan Proses Administrasi
Melihat
permasalahan ini dan usaha dari teman-teman BMI yang tidak kenal lelah, saya mencoba menemui Bpk Arief Fadillah dikantornya pada hari senin 6 Januari 2014,
Kepala Kamar Dagang dan Ekonomi Indonesia di Taipei yang baru ini melakukan
beberapa langkah untuk menyederhanakan kerumitan proses pembuatan surat kuasa
ini. Pria alumnus ST Mary University Texas ini mencoba menemui pejabat CLA Lin
San Qui, mantan Kepala Teto yang sekarang menjadi Deputi Kementerian Pertahanan
untuk menyampaikan usulan pengiriman surat keluarga langsung ke KDEI . Hasil
pertemuan dengan mereka pada prinsipnya setuju dan disarankan untuk untuk
menemui Kejaksaan Taiwan dan Kepala Teto yang baru Mr Chang. .
Apakah sekarang sudah bisa diwujudkan ide ini Bpk Arief Fadillah? mengingat wawancara diatas sudah dari bulan januari dan banyak rekan kita yang kurang beruntung sehingga harus meninggal ditanah rantau? Semoga kebijakan yang dilontarkan pak Arief Fadillah diatas bisa digunakan semua BMI yang meninggal, aamin.
Mudah2an bener2 terwujud , sehingga dalam pemulangan jenazah bisa lebih cepat. Tidak lagi lama terkatung2 . Kasihan.
ReplyDelete